UI Resmi Minta Maaf ke Presiden Jokowi soal Aksi Kartu Kuning dan tak Akan Beri Sanksi Ketua BEM


Terkait aksi pemberian kartu kuning kepada Presiden Joko Widodo di tengah acara Dies Natalis oleh Ketua BEM Zaadit Taqwa, Universitas Indonesia (UI) resmi menyampaikan permintaan maaf kepada Jokowi.

Pantauan TribunWow.com, hal tersebut disampaikan oleh Kepala Humas UI Rifflely Dewi Astuti.

Meski demikian, UI tidak akan memberikan sanksi kepada Zaadit dan akan membinanya agar semakin berilmu dan memiliki karakter yang baik.

"Kami segenap pimpinan Universitas Indonesia menyampaikan permohonan maaf kepada civitas academika Universitas Indonesia dan juga seluruh undangan yang hadir dalam acara tersebut, termasuk Presiden Indonesia Joko Widodo.

Pada dasarnya sikap kritis itu adalah sesuatu yang harus kita bangun di kalangan mahasiswa, karena mereka merupakan penerus bangsa.

Namun yang kami sesalkan, sebagai pendidik, yang bersangkutan tidak menyampaikan kekritisannya pada waktu dan tempat yang tepat," kata Rifflely dikutip akun YouTube @beritasatuTV yang diunggah pada Selasa (6/2/2018).

Sebelumnya, pada Senin (5/2/2018), Rektor Universitas Indonesia meminta maaf secara resmi kepada Presiden Jokowi melalui jumpa persnya.

Video permintaan maaf tersebut mendapat beragam komentar dari netizen.

@Sarwati Indah: Mahasiswa selonong boy kapan di kirim ke kab.asmat bu?!.

@Kiswatul Jannah: Tolong Bu, si Zadiit dididik agar menjadi mahasiswa yg bertaqwa.

@Adhe Putri: Maaf". Nnti yh di ulang lgi. Bgi pelajaran Pak. Ayo secepat nya bw tuh org" yg bisanya ngomong doank Ke Papua. Biar ketua BEM UI n anggota nya tau. Gmn rs nya blusukan k Papua.

Seperti yg telah di lakukan Bpk. Jokowi 3 kli dlm setahun.
Mau trkenal tpi koq ending nya mau cri sensasi doank. Bljr je yg bener. Biar jdi Dokter beneran. Terus bisa donk jdi Dokter relawan k Papaua. Itu baru jempol.

Mahasiswa koq sikap nya kyak gtu. Hmmzz.. gkd sopan" nya. Gk menghargai pengorbanan Bpk. Jokowi selama neh.
@lucia hana: Suruh tuch mahasiswa2 UI menyelesaikan tugas PKL dan KKN di Papua khususnya di pedalaman suku Asmat biar jd intelektual muda yg cerdas tdk modal omdol .... Omong doang.

Diberitakan sebelumnya, pemberian kartu kuning Zaadit Taqwa menuai kontroversi dalam publik.

Sebagian mendukungnya dan sebagian lagi menghujatnya.
Di luar hal tersebut, Presiden Jokowi telah mengajak Zaadit untuk ke Asmat agar mengetahui kondisi lapangan di sana.

Akan tetapi permintaan tersebut ditolak oleh Zaadit dengan alasan tidak ingin menggunakan fasilitas atau biaya negara.

1. Terkait gizi buruk di Papua untuk segera diselesaikan oleh pemerintah karena lokasi kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, merupakan bagian dari Indonesia.

"Kami ingin mau dipercepat penyelesaiannya karena sudah lama dan sudah banyak korban," ucapnya.

2. Plt atau penjabat gubernur yang berasal dari perwira tinggi TNI/Polri.
"Kita tidak pingin kalau misalnya kembali ke zaman orde baru, kita tidak pengen ada dwifungsi Polri, dimana Polisi aktif pegang jabatan gitu (gubernur) karena tidak sesuai dengan UU Pilkada dan UU Kepolisian," papar Zaadit.

3. Persoalan Permenristekdikti tentang Organisasi Mahasiswa (Ormawa) karena dapat mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa. (*)


close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==